aku dan merapi itu

wajah memerah darah
menetes peluh bertabur haru
aku menatap haru kala engkau membawa sengkala
tak ragu ku rengkuh semua pilu
kutabur dan kusisir kata hati mu
menusuk dalam dengan rintihan tangis anak mu
diujung senja dan dimalam gulita...
getar pilu tak lagi sampai ke senja
karena diri telah lelap dalam panasnya debu menggelora
wedus gembel telah menyapa tanpa aba-aba
salam atau berita...
hanya tanda
merapi kita.
tak lagi mengertikah kita
alam yang menyapa dengan caranya.
disambut dengangelora tangis membahana
hingga lupa dimana diri berada
tak tau arah..
aku dan merapi itu....

Tidak ada komentar: