Ku Pandang Dari jauh

kupandang dari jauh
pada anak kampung seberang menangis dan lupa pada bapak yang tak pernah pulang
pada ibu cemberut merajut tikar dan mencuci selimut tua di terasnya
pada anak bujang yang menjadikan malam sebagai siang
pada bapak tua yang selalu sibuk dengan domino di istana kamling
pada kokok ayam jantan yang tak lagi merdu
pada sudut pasar yang menyisakan cerita tentang pencopet ulung
pada rumah sakit yang memberi makan kucing-kucing liar
pada mobil mewah pejabat tetangga
pada berita dikoran yang tak pernah aku baca
pada jalanan yang tak bisa leluasa karena tilang selalu siap sedia
pada mall mewah yang menutup aliran air-air rawa

kupandang dari jauh
aku tak bisa apa-apa
cuma mengeluh
huh.

my inspiration

lubuklinggau my inspiration

perihal: RIDUAN KARMIDIE Blog (lihat di Google Wikipinggir)

Kata-kata yang tersirat

masih ku dengar desah nafas mu yang beirama
menikam disudut relung paling dalam
menyadarkan kepasrahan yang kau jamu dengan penuh duka
sesak dan hampa
hilangkan kata-demi kata yang telah terangkai di hulu musi.....hanyut sia-sia
hening membentang di jagad bukit barisan
berselimut kabut menggigil kaku
jejak mu

aku setia dalam kasih hati ini
mencari seteguk air di tanah merah berembun
ku dapat setitik dahaga mata yang telah lupa akan kodratnya
karena kesombongan telah membelenggu diri dan menghias kota
keheningan adalah ketertinggalan
bagi ranting yang telah rapuh
bagi daun yang mengering
bagi dongeng yang tak tertulis

hiruk pikuk adalah kemewahan yang tersaji dalam bungkus metropolitan
pada asap knalpot yang menjerat usia koruptor yang ramah
pada debu yang bernyanyi disiang terik dengan penuh canda
pada sampah yang mewangi di sudut pasar yang ramai dengan tipu daya
pesta acuh dan tak perduli dipertontonkan
karena hati telah membatu
karena cinta telah terkikis
karena nurani hilang maknanya
hanyut bersama kumpai di  batang hari pada tujuh hari di malam bulan purnama.

semua telah tercatat pada agenda rapat esoknya
mengejar dunia yang selalu lebih penting dari pada menyebut-Mu
semua telah di cengkeram oleh waktu yang pasti
kata-kata yang telah tersirat
dalam sebuah surat
kata-kata yang telah tertulis
dalam hati yang selalu menangis
kata-kata yang telah diralat
pada tingkah salah diperbuat

Tuah lah Ading

ketinting baru berangkat selepas reda kabut pagi
menuju ke selatan hulu musi
riang gemuruh anak beranak mengangkat sauh
membawa seribu semangat di gelap suluh
mengisi tempayan penuhi janji
tuah lah ading
rindu lah diri

biduk menari dipagi buta
sampai hati kata hanyut ke muara
daku duduk tak kuasa tangis dan air mata
suratan tertinggal di selat bangka

menangis jua tak hirau hari
seka keringat lepuh di dada
kayuh penghalang mengusik diri
agar sirna kenangan di teras beranda
lenyap tak rela di kanan kiri
karena aku pemuja dinda
sampai hati dikau membuang cinta

Pada Mu Mentawai

sontak serentak bumi mengguncang,
terbangun bentang samudera menyusul
pada lambaian tsunami ratusan meter
menggulung sejumlah jagat Mentawai.
Ratusan raga tercabut mesra,
ratusan pula asa menghilang.
tanpa tau berbuat apa-apa
pengirim bala bantuan dari negeri antah berantah ,
tak bisa datang lekas.
karena sang raja sibuk berduka
berpesta pora larut bersama tetamunya
impian hanya tinggal harapan.
pada negeri yang tak ter-petakan
seonggok nasi dikirim
tak secepat yang diharapkan.

Di pusat kaputrenan,
sejumlah kejadian tinggal termangu.
Ada pencabutan peringatan tsunami yang terlalu dini.
Ada pula menteri yang sibuk mengklaim
tak ada kesulitan komunikasi di Mentawai.

Mari kita tengok Mentawai
Doakan saudara kita,
bantu mereka dengan berbagai cara
dengan iklas dan penuh doa.,
agar sirna tangis mereka
mengingat negeri yang lama terlupa
oleh manusia dan raja-raja
supaya tenang di alam baka
mayat-mayat yang meminta sedekah
hatiku nelangsa...

aku dan merapi itu

wajah memerah darah
menetes peluh bertabur haru
aku menatap haru kala engkau membawa sengkala
tak ragu ku rengkuh semua pilu
kutabur dan kusisir kata hati mu
menusuk dalam dengan rintihan tangis anak mu
diujung senja dan dimalam gulita...
getar pilu tak lagi sampai ke senja
karena diri telah lelap dalam panasnya debu menggelora
wedus gembel telah menyapa tanpa aba-aba
salam atau berita...
hanya tanda
merapi kita.
tak lagi mengertikah kita
alam yang menyapa dengan caranya.
disambut dengangelora tangis membahana
hingga lupa dimana diri berada
tak tau arah..
aku dan merapi itu....

hingga dimakan usia

jalanan panjang kuhampar penuh kerinduan
tertutup daun-daun tua berguguran bercengkerama di tepi kebisingan kota
memberi nuansa yang tertinggal pada pada akhir masa
dimakan oleh lupa dan gagu yang setia
pada sais tua
menghantar jerami untuk bekal esoknya
hanya itu doa mereka....

di penghujung perempatan kota...
secarik kertas lusuh kubaca
lamur mata tak kuasa
harapan melayang karena nahkoda lupa arah..
hingga dimakan usia
di ujung sana.

berita terlupakan

hujan membasahi tanah di bumi yang terbuang
aku terdiam duduk membisu menghitung dosa
karena lupa akan zikir dan doa
tertatih langkah terseok rupa
karena berita lupa dibawa oleh para raja yang tak berkaki..
disini kuda kuda kencana berlari menghamba
agar kusir melecut cemeti
lupa akan diri...


wisma musdalifa
01/11/2010

Si Ronggeng Malam

bermain dalam hentakan jemari
lincah menari pada irama gambang yang membuai
selendang bergoyang terayun di pinggang ronggeng malam
menjejak tanah berembun beralas ilalang
di terangi rembulan yang seakan membisu
ditemani pucuk angsana yang gontai
merajut cerita dari daun-daun luruh tersapu di tengah jalan

kuning merona lah sirumput hijau
pagi membawa berita
elegi ronggeng malam yang penuh patriot
menyambut setiap jejak kaki dalam kuncup yang tak pernah mekar
tertunda karena lupa membawa kencana
hingga luruhlah genderang dan serunai bertingkah
beralih dalam alam sunyi tanpa tawa
menimbun luka

karena........
bila tiba saatnya,Ronggeng malam hanyut dalam luasnya muara
mendaki jua terjalnya amarah di balik dinding kuasa
untuk meronta kini pun tak bisa karena rezim terlalu berkuasa
irama talu tak berhenti untuk terus menari
lupa makan lupa diri
sampai rembulan berlari berganti Pagi....




swarna Dwipa Plg
27/10/10

Amanah Para Punggawa

aku melangkah tertatih
membawa seribu tanya dari sebuah negeri yang terlupakan
dihantar oleh doa-doa yang panjang
petatah-petitih yang tertinggal hingga di istana raja baru
di surga swarna dwipa yang ku nanti
untuk melenakan raga diri dari penatnya perjalanan panjang
yang telah lupa hitungan hari
karena terlalu banyak amanah dari Para punggawa
titah yang mesti harus di penuhi
hingga lupa sore hari
hingga laskar pelangi mengganti awan
dalam gusar meratap diri
diam mencaci hati
kapan lonceng akan berbunyi
menanti lonceng yang ingin mendahului
agar lega lah jiwa ini
dapat kembali
rutinitas yang tak henti...


swarna dwipa hotel
27/10/10

MGMP SMA RSBI sumsel di hotel Swarna dwipa Palembang

kegiatan mgmp (musayawarah mata Pelajaran SMA/SMK RSBI se sumsel berlangsung di Hotel swarna dwipa palembang yang berlangsung kegiatan ini mulai tanggal 24 oktober 2010 sampai 28 oktober 2010 . kegiatan ini di pandu oleh failitator bapak Drs. Refi Indra dan bapak Hermansyah. Spd Dkk. materi yang disampaikan adalh mengenai manajemen pembelajaran berbasis ICT. berupa E-learning (LMS) dan software Quiz creator.
perangkat software ini mendukung sekali kegiatan Belajar Mengajar di sekolah. sehingga mudah dan simple untuk di aplikasikan dengan hasil yang akurat dan cepat. terima kasih banyak. semoga kegiatan ini yang diikuti oleh 22 sekolah se Sumatera selatan dengan jumlah 77 guru bidang studi yang terdiri dari guru fisika, kimia, Ekonomi, bahasa indonesia, biologi, bahasa inggris, sosiologi.

Gerak Hidup jiwa

baris berpadu satu satu berpacu,
membawa seribu tinta dan segudang ilmu
duduk bersimpuh di susunan bangku beludru putih
seolah meratapi bangku dan meja yang terpaku dalam irama riuh rendah
galau dan gaduh ......
hidup tak tentu
kadang bergetar dan kadang senyap tak berbayang
debar jantung hanyut dibalik nadi
lamur dan tak jelas suara
karena dimakan usia
ingatan dan gerak mulai merambat lemah
tanpa dirasa ataupun di raba
tersadarpun ketika malam telah dipenghujung
dan berganti pagi...
begitupun seterusnya
tak tau pasti
bila?...
tanpa ada ranting yang patah
mencicipi indahnya
damainya pagi yang senantiasa memberi asa
untuk melangkah lagi dihari senja....
menguak tabir hidup diri
diantara kabul dan doa.

lelap tertidur

masih lelap tertidur dewi ku/menutup mata mu dibalik bantal lusuh/ berselimut kain sepeningalan ibu/ berasyik masyuk dalam mimpi menderu/ berlari dan terbang keruang tak bertepi/menyungging senyum dalam kalbu.. yang tak tau makna sampai kau terbangun ke esoknya...dimana dan mengapa?

Hening

bila datang malam /aku tersipu malu/ menghitung detik demi detik memecah keheningan yang berkabut dan berselimut dingin/ angin malam perlahan menerpa raga ini/ lembut kurasa belaian tanpa jari jemari/ hingga membuat lelap mata tertidur/ melepaskan sukma ke alam mimpi tanpa batas/ menembus jiwa sampai terdampar di tanah yang terlupakan/ tak ada bisik dan suara/ hanya keheningan sebagai teman yang setia/ tanpa ikatan dan janji /karena ikrar juga tak pernah terucap/ hening lah sebagai doa ketenangan/ menangkap semua ilalang menusuk rembulan/ gerak gemulai menari ronggeng malam/menepuk mimpi agar berulang seperti kemarin/ dengan mengatup tangan di tengah bibir/ biar mengerti...........

afs n jenesys program

hari ini.....ikut wawancara by english n kepribadian...semoga beasiswa itu aku dapatkan tuk berangkat ke jepang..sebuah impian yang belum terwujud...good luck

Siang di Lorong Pasar

berjalan di lorong lorong pasar
nyanyian pedagang menjerit meratapi harga yang melambung
berlomba menyapa pembeli yang melenggang di sempitnya teras toko
diselimuti aroma khas keringat dan basah tubuh
keramaian yang tak pernah berlabuh
meriah dalam hiruk pikuk suara oplet mencari penumpang
dalam intaian copet pasar yang siap menerkam mangsa
keselamatan dan keramahan diciptakan sendiri-sendiri
tanpa ada peduli dalam gaungnya transaksi
siapa untung
siapa rugi tak lagi laku oleh waktu
terus bercengkerama dengan waktu hingga gelapnya malam
mendengkur tidur kelelahan
karena seharian lupa makan lupa minum
sibuk meraup uang receh
sibuk menghitung laba rugi
takut kalau kalau
cemas kalau-kalau
sebab Pol PP selalu memberi sirene
merampas kebahagian dan riuhnya hari
ditengah pasar dan ditengah hari
memberi tangis bagi kami yang menghamba dan tak tahu apa-apa
sebab berita selalu disimpan dalam koran pembungkus nasi
tak lagi ada arti.....

Ibu kita kartini

harapan ku TABUR DILADANG ILMU
menuai tiga tahun nanti
merajut asa di ruang sempit dan kumuh
walau kaca jendela selalu berbayang
aku melangkah pasti dalam kehidupan
dalam seninya yang terlalu indah
diantara anak-anak siswa ku semua
dipagi terik mentari menemani upacara senin
hingga ketemu senin lagi
hormati bendera
hormati bangsa
hormati pahlawan negara
abdi setia
dalam sebuag nama Ibu kita kartini
salut ku padamu
hidup..............

kutuai mesra

Dalam cinta kupetik bahagia
kutabur doa
ku gapai asa
ku tuai dengan mesra pada setiap masa
karena ku mau selamanya
tanpa ada duka
ataupun nestapa

Persimpangan Jalan

kubaca tiap hurup di tepi jalan/ berisi berita memanggil kawan/ tidak ku lihat seorang pun jua/karena satu kata tertinggal makna/ tiap kelokan satu liku kehidupan/kekanan atau kekiri beda haluan/hingga menanti di persimpangan/bakal berjumpa menara kehancuran/ sampai tegar di terpa hujan/sampai lelah diterpa badai/goyah pun ditimpa bencana/ sampai tak sanggup berucap selamat sejahtera.../untuk memilih diarah mana jalan untuk tiap saudara/berharap iba tak lagi laku/raja telah turun tahta/tiap berdoa

Terlahirlah Sudah

terlahir kemarin atau lusa sama saja
waktu yang mencatat tangisan seorang bayi
yang disambut ribuan mata haru biru
kegembiraaan seorang ayah yang menjadi Bapak
dan peluh keringat dan debar ibunda yang lelah berjuang
bersama tenangnya perawat menuntun satu persatu nafas jiwa
agar sang ibunda bertenaga
dan semangat
menjadi wanita terhormat
wanita yang gagah
wanita yang telah menjalankan kodrat sesuai fitrahnya
yang terbasuh dengan suara kecil owek owek owek...
meluruhkan segala cemas yang ada
hingga akhir zaman

Cerita bisu

angin berhembus pelan
menyusuri butiran pasir lembut yang jatuh perlahan
menutupi jejak kaki yang membekas jelas
seakan garis perjalanan yang selalu menyapa
untuk mengingat kembali
kenangan yang tertutup di buku harian lusuh dalam lemari kayu disudut rumah tua
selembar demi selembar ku baca
peristiwa demi peristiwa bak air mengalir dalam folder otakku
aku tersenyum
aku tertawa
aku tersungging
aku menitikkan air mata
aku aku berteriak
aku berjalan lambat
aku berlari kencang
aku tertipu
aku sang pemenang
aku aku aku...dalam catatan itu
nostalgia yang menempa diri dalam peranan
sebagai makhluknya
tak lebih tak kurang
yang selalu mencari untuk menuju di satu titik
titik kebahagiaan.

hingga lembar terakhir yang kosong
ternyata siap untuk bercerita
tentang aku.

Mengenang di Usia Senja

aku tua renta
kering keriput tak berdaya
berjalan gontai hilang lah daya
menghitung hari tinggallah sisa

rambut ku telah berganti warna
menjadi saksi perjalanan panjang
mengharap dan berdoa
bukan belas kasih atau hina dina
karena aku merasa masih gagah
semangat dan tenaga semasa zaman penjajah
menghalau musuh dan serdadu
yang lari tunggang langgang
karena diserang amarah dan garangnya
di sela itu aku tertawa
ha ha ha ha ha

mengenang setengah abad usia senja
yang tak terulang di suatu masa
bukan sebuah reinkarnasi yang banyak di percaya
cukup lah aku menerima
sebatang rokok linting yang setia
segelas air putih yang membersihkan dada
setiap pagi dan dimalam buta
untuk siap-siap menyapa
sang pencipta tempat ku pasrah

Lorong Lorong Sepi

batu hancur karena kerasnya
pohon tumbang karena tingginya
tanah lembut memberi ruang
air meresap kedalam pori-pori kehidupan
memberikan kesempatan rumput liar untuk bersemayam
hijau dan kuncup menyambut cahaya matahari
sampai senja penghabisan
berlomba mencapai awan putih
yang selalu berarak beriring tanpa kabar
sendiri-sendiri........
terperangkap di lorong yang sepi dan bau
bagai parfume alami yang menebar sesak di tubuhku...

air keruh karena lumpurnya
lumpur berlalu karena arusnya air yang selalu setia ke muara
memberi banyak makanan bagi ikan-ikan kelaparan
yang mudik seharian tak tahu kabarnya
sampai subuh melukiskan titik air hujan lewat malamnya
tanpa suara, hening dan bisu
agar dapat khusyu menikmatinya....

Alam Batin Ku

aku ingin memandang jauh lepas dalam alam batin ku
melihat pemandangan indah dan gunung-gunung biru
merasakan gemericik air di pebukitan yang teduh dan sejuk
sambil bersenandung melepas penat raga ku
yang terkurung bagai liukan akar mahoni keras mencengkeram bumi
hingga sesak terasa nafas hidupku
bau khas daun daun tua berguguran kuning mengering
cacing tanah dan kecoa yang semakin menggerogoti lapuknya pohon hingga nampak lusuh dimakan usia dan goresan musim demi musim yang selalu berganti
dan hanya menyuburkan benalu yang riang di pohon layu semakin renta
benalu semakin berkembang berbunga dibalik kabut hitam
yang selalu memberi salam pada malam
menghiasi dinginnya hati yang tertutup embun
tercabik luka dan goresan amarah yang semakin meluap di ubun-ubun kepala
berasap dan mendidih terasa perih
hingga aku tak kuasa

Murka lah di suatu ketika

lonceng berdentang keras sekali
malam menghiasi rembulan
dalam selimut awan hitam
yang menghadang ribuan kunang-kunang yang terbang kesana kemari
membawa berita tentang perang yang di bunyikan dengan genderang berpalu
rentak dan hentakan raja berjalan gontai
permaisuri anggun membawa nampan berisi dongeng tak bertuan
pengawal berjalan tanpa arah
kosong membatu tak tahu berucap
astaga sontak gemerutuk mengigit lidah hingga berdarah
karena istana porak poranda dibawa musang tak berkaki
seribu alasan tanpa fakta
selusin cawan tanpa hidangan
harapan hanya nafsu belaka
kosong dalam keangkuhan bergelung hina
permasuri berbaju rombeng itu datang
laksana pipit bermain orang orangan sawah
tanpa kepala...
tanpa angin untuk di hirup
hanya tonggak ego yang berdiri dimakan usia
rayap dan belatung berpesta pora dalam pesta dimalam itu
menawari manisnya anggur
indah gemulai penari laknat
hingga masuk dalam lingkaran setan yang tak berujung dan bertepi
dalam kalut dan murka
hingga tak termaafkan
sampai suatu ketika
pada siapa aku menunggu kalau bukan pada Mu pada siapa aku berharap selain pada diri Mu bukan kah engkau berjanji dalam fatwa dan sabda tertulis agar tiada keraguan meniti hayat semuanya antara hitam dan putih dalam langkah pasti sebagai hamba untuk menuju dunia akhir yang diberi nama surga

banjir di ujung muara

teratai mengambang jauh di ujung muara
membentang tersenyum mesra
kelopak bunga berseri gembira
melupakan cerita di musim senja
karena..........
air bah menyapa semua daratan
melepas rindu selepas kemarau lalu
mengenang sebuah derita berkepanjangan
lelap tidur pun tak lena
sebab hujan rintik tak pernah ada
dan tiba tiba banjirpun tiba
air berpesta pora
memasuki setiap rongga pasir dan kerikil
memeluknya hingga tak ada lagi gemerisik debu yang selalu berlari
terbang menghampiri onggokan ilalang yang bergoyang
kini semua diam kaku dalam menunggu pasrah
kapan banjir kan reda

(kayuagung/16/02/10)

Banding bagi Antasari

awan berarak memutih
kilau cahya mentari menerangi perjalanan sang dewa
pagi dan kokok ayam mengirim salam
menyambut Mu...
sekantung upeti telah ke lepaskan..
bunga bunga rampai telah selesai di ronce malam tadi
untuk persiapan saja
sekedar penghilang penatnya raga
agar lepas hanyut dalam kebebasan
untuk melupakan deru nafas dalam rongga yang kian sempit
tak teratur..berbaris bukan bak serdadu
berlari kemedan laga tanpa musuh....
tak mengerti lah aku..
kenapa
tapi kau tetap tegar
bersalah atau disalahkan adalah sama bagimu
semuanya adalah kenistaan yang tak pernah dapat di jangkau dalam batin semua orang
kau mengguman kecil dikursi pesakitan
sesekali beringsut gelisah karena intonasi tinggi pengadilan sampai dikuping mu
matamu sedikit memerah, ada guratan tanda tanya
bergetar tubuhmu dalam kepalan tangan kau acungkan amarah itu
sementara ada goresan sembilu yang singgah di dada
dalam lubuk hati terdalam...
hening................
bisu..........
peluh.........
panas.....
tapi tak meronta..
hingga ketuk palu terakhirmu
tetap diam
kata " banding" kau gemakan kesuluruh penjuru...
dan sekarang hanya penantian
akankah semuanya kenistaan dalam seribu tanda tanya...

Tanah Mu 1

ku genggam lembut tanah ini...
hitam bercampur debu kering
ilalang pun jatuh besertanya
kerikil bersatu akrab.
lembab tak bergeming saat kutanya....?

tapak-tapak sepatu jelas membekas di tanah mu
seribu cerita telah kau tulis dalam lapisan tanah kehidupan mu
engkau tetap terdiam
tak sedikit pun untuk lari
atau meronta
atau menangis
atau mengadu
atau kau telah bosan
atau kau telah lelah dalam usia mu yang renta

sebuah penantian

kereta kemarin tertinggal di stasiun terakhir
jalur rel pun tetap tidur
derit riuh siang hari pun tak terdengar
senyap...
dingin
membeku....
aaahcc....
ngantuk aku menunggu berabad-abad silam
karena masinis tak pernah bertemu
setiap senja selalu hampa
kereta itu tanpa penumpang
cuma angin yang lalu
selalu derunya saja ditemani dentingan lonceng dari lembah nun jauh disana...
kereta itu kapan adanya....

selepas menyimak putusan pengandilan Kpd ANTASARI

Wahai orang-orang Yang beriman! jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum Dengan perkara Yang tidak diingini - Dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) - sehingga menjadikan kamu menyesali apa Yang kamu telah lakukan.."

( al-Qur'an, al-Hujurat ( 49 ) :6 )

puisi khalil gibran

WAKTU



Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.

Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.

Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.


Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.

Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?

Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.

Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

sebaris kupu kupu

sebaris kupu kupu melayang
menari didepan mata ku
beberapa kepak terasa desir angin menyapu
hangat dingin terasa

sebaris kupu kupu menari
bernyanyi terngiang di telinga ku
bebrapa kali ku ulang melodinya
terasa indah melelapkan mimpiku

sebaris kupu kupu terbang
bersama membawa pelangi
menghiasi langit putih membiru
sedikit menghibur awan
pelipur lara dikala senja
bersenda gurau bersama matahari
bercerita tentang hari demi hari yang tiada henti

sebaris kupu kupu hinggap di dahan
lelah terbang melayang sesaat terbang lagi
mencari padang rumput untuk menari keesoknya....

diruang rindu,10/02/2010

kala malam

malam terang tanpa rembulan
secarik kertas digoreskan dalam kebisuan
perlahan awan mengintip mesra tanpa suara
merangkai waktu yang semakin berembun
menyambut pajarnya

jangkrik menari diatas batu
mencari harapan untuk besok
sesekali melewati dedaunan kering
untuk merasakan hawa dingin
karena besok akan meratapi matahari

palembang,10 februari 2010