Alam Batin Ku

aku ingin memandang jauh lepas dalam alam batin ku
melihat pemandangan indah dan gunung-gunung biru
merasakan gemericik air di pebukitan yang teduh dan sejuk
sambil bersenandung melepas penat raga ku
yang terkurung bagai liukan akar mahoni keras mencengkeram bumi
hingga sesak terasa nafas hidupku
bau khas daun daun tua berguguran kuning mengering
cacing tanah dan kecoa yang semakin menggerogoti lapuknya pohon hingga nampak lusuh dimakan usia dan goresan musim demi musim yang selalu berganti
dan hanya menyuburkan benalu yang riang di pohon layu semakin renta
benalu semakin berkembang berbunga dibalik kabut hitam
yang selalu memberi salam pada malam
menghiasi dinginnya hati yang tertutup embun
tercabik luka dan goresan amarah yang semakin meluap di ubun-ubun kepala
berasap dan mendidih terasa perih
hingga aku tak kuasa

Murka lah di suatu ketika

lonceng berdentang keras sekali
malam menghiasi rembulan
dalam selimut awan hitam
yang menghadang ribuan kunang-kunang yang terbang kesana kemari
membawa berita tentang perang yang di bunyikan dengan genderang berpalu
rentak dan hentakan raja berjalan gontai
permaisuri anggun membawa nampan berisi dongeng tak bertuan
pengawal berjalan tanpa arah
kosong membatu tak tahu berucap
astaga sontak gemerutuk mengigit lidah hingga berdarah
karena istana porak poranda dibawa musang tak berkaki
seribu alasan tanpa fakta
selusin cawan tanpa hidangan
harapan hanya nafsu belaka
kosong dalam keangkuhan bergelung hina
permasuri berbaju rombeng itu datang
laksana pipit bermain orang orangan sawah
tanpa kepala...
tanpa angin untuk di hirup
hanya tonggak ego yang berdiri dimakan usia
rayap dan belatung berpesta pora dalam pesta dimalam itu
menawari manisnya anggur
indah gemulai penari laknat
hingga masuk dalam lingkaran setan yang tak berujung dan bertepi
dalam kalut dan murka
hingga tak termaafkan
sampai suatu ketika
pada siapa aku menunggu kalau bukan pada Mu pada siapa aku berharap selain pada diri Mu bukan kah engkau berjanji dalam fatwa dan sabda tertulis agar tiada keraguan meniti hayat semuanya antara hitam dan putih dalam langkah pasti sebagai hamba untuk menuju dunia akhir yang diberi nama surga

banjir di ujung muara

teratai mengambang jauh di ujung muara
membentang tersenyum mesra
kelopak bunga berseri gembira
melupakan cerita di musim senja
karena..........
air bah menyapa semua daratan
melepas rindu selepas kemarau lalu
mengenang sebuah derita berkepanjangan
lelap tidur pun tak lena
sebab hujan rintik tak pernah ada
dan tiba tiba banjirpun tiba
air berpesta pora
memasuki setiap rongga pasir dan kerikil
memeluknya hingga tak ada lagi gemerisik debu yang selalu berlari
terbang menghampiri onggokan ilalang yang bergoyang
kini semua diam kaku dalam menunggu pasrah
kapan banjir kan reda

(kayuagung/16/02/10)

Banding bagi Antasari

awan berarak memutih
kilau cahya mentari menerangi perjalanan sang dewa
pagi dan kokok ayam mengirim salam
menyambut Mu...
sekantung upeti telah ke lepaskan..
bunga bunga rampai telah selesai di ronce malam tadi
untuk persiapan saja
sekedar penghilang penatnya raga
agar lepas hanyut dalam kebebasan
untuk melupakan deru nafas dalam rongga yang kian sempit
tak teratur..berbaris bukan bak serdadu
berlari kemedan laga tanpa musuh....
tak mengerti lah aku..
kenapa
tapi kau tetap tegar
bersalah atau disalahkan adalah sama bagimu
semuanya adalah kenistaan yang tak pernah dapat di jangkau dalam batin semua orang
kau mengguman kecil dikursi pesakitan
sesekali beringsut gelisah karena intonasi tinggi pengadilan sampai dikuping mu
matamu sedikit memerah, ada guratan tanda tanya
bergetar tubuhmu dalam kepalan tangan kau acungkan amarah itu
sementara ada goresan sembilu yang singgah di dada
dalam lubuk hati terdalam...
hening................
bisu..........
peluh.........
panas.....
tapi tak meronta..
hingga ketuk palu terakhirmu
tetap diam
kata " banding" kau gemakan kesuluruh penjuru...
dan sekarang hanya penantian
akankah semuanya kenistaan dalam seribu tanda tanya...

Tanah Mu 1

ku genggam lembut tanah ini...
hitam bercampur debu kering
ilalang pun jatuh besertanya
kerikil bersatu akrab.
lembab tak bergeming saat kutanya....?

tapak-tapak sepatu jelas membekas di tanah mu
seribu cerita telah kau tulis dalam lapisan tanah kehidupan mu
engkau tetap terdiam
tak sedikit pun untuk lari
atau meronta
atau menangis
atau mengadu
atau kau telah bosan
atau kau telah lelah dalam usia mu yang renta

sebuah penantian

kereta kemarin tertinggal di stasiun terakhir
jalur rel pun tetap tidur
derit riuh siang hari pun tak terdengar
senyap...
dingin
membeku....
aaahcc....
ngantuk aku menunggu berabad-abad silam
karena masinis tak pernah bertemu
setiap senja selalu hampa
kereta itu tanpa penumpang
cuma angin yang lalu
selalu derunya saja ditemani dentingan lonceng dari lembah nun jauh disana...
kereta itu kapan adanya....

selepas menyimak putusan pengandilan Kpd ANTASARI

Wahai orang-orang Yang beriman! jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum Dengan perkara Yang tidak diingini - Dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) - sehingga menjadikan kamu menyesali apa Yang kamu telah lakukan.."

( al-Qur'an, al-Hujurat ( 49 ) :6 )

puisi khalil gibran

WAKTU



Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.

Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.

Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.


Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.

Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?

Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.

Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

sebaris kupu kupu

sebaris kupu kupu melayang
menari didepan mata ku
beberapa kepak terasa desir angin menyapu
hangat dingin terasa

sebaris kupu kupu menari
bernyanyi terngiang di telinga ku
bebrapa kali ku ulang melodinya
terasa indah melelapkan mimpiku

sebaris kupu kupu terbang
bersama membawa pelangi
menghiasi langit putih membiru
sedikit menghibur awan
pelipur lara dikala senja
bersenda gurau bersama matahari
bercerita tentang hari demi hari yang tiada henti

sebaris kupu kupu hinggap di dahan
lelah terbang melayang sesaat terbang lagi
mencari padang rumput untuk menari keesoknya....

diruang rindu,10/02/2010

kala malam

malam terang tanpa rembulan
secarik kertas digoreskan dalam kebisuan
perlahan awan mengintip mesra tanpa suara
merangkai waktu yang semakin berembun
menyambut pajarnya

jangkrik menari diatas batu
mencari harapan untuk besok
sesekali melewati dedaunan kering
untuk merasakan hawa dingin
karena besok akan meratapi matahari

palembang,10 februari 2010