my inspiration

lubuklinggau my inspiration

perihal: RIDUAN KARMIDIE Blog (lihat di Google Wikipinggir)

Kata-kata yang tersirat

masih ku dengar desah nafas mu yang beirama
menikam disudut relung paling dalam
menyadarkan kepasrahan yang kau jamu dengan penuh duka
sesak dan hampa
hilangkan kata-demi kata yang telah terangkai di hulu musi.....hanyut sia-sia
hening membentang di jagad bukit barisan
berselimut kabut menggigil kaku
jejak mu

aku setia dalam kasih hati ini
mencari seteguk air di tanah merah berembun
ku dapat setitik dahaga mata yang telah lupa akan kodratnya
karena kesombongan telah membelenggu diri dan menghias kota
keheningan adalah ketertinggalan
bagi ranting yang telah rapuh
bagi daun yang mengering
bagi dongeng yang tak tertulis

hiruk pikuk adalah kemewahan yang tersaji dalam bungkus metropolitan
pada asap knalpot yang menjerat usia koruptor yang ramah
pada debu yang bernyanyi disiang terik dengan penuh canda
pada sampah yang mewangi di sudut pasar yang ramai dengan tipu daya
pesta acuh dan tak perduli dipertontonkan
karena hati telah membatu
karena cinta telah terkikis
karena nurani hilang maknanya
hanyut bersama kumpai di  batang hari pada tujuh hari di malam bulan purnama.

semua telah tercatat pada agenda rapat esoknya
mengejar dunia yang selalu lebih penting dari pada menyebut-Mu
semua telah di cengkeram oleh waktu yang pasti
kata-kata yang telah tersirat
dalam sebuah surat
kata-kata yang telah tertulis
dalam hati yang selalu menangis
kata-kata yang telah diralat
pada tingkah salah diperbuat

Tuah lah Ading

ketinting baru berangkat selepas reda kabut pagi
menuju ke selatan hulu musi
riang gemuruh anak beranak mengangkat sauh
membawa seribu semangat di gelap suluh
mengisi tempayan penuhi janji
tuah lah ading
rindu lah diri

biduk menari dipagi buta
sampai hati kata hanyut ke muara
daku duduk tak kuasa tangis dan air mata
suratan tertinggal di selat bangka

menangis jua tak hirau hari
seka keringat lepuh di dada
kayuh penghalang mengusik diri
agar sirna kenangan di teras beranda
lenyap tak rela di kanan kiri
karena aku pemuja dinda
sampai hati dikau membuang cinta

Pada Mu Mentawai

sontak serentak bumi mengguncang,
terbangun bentang samudera menyusul
pada lambaian tsunami ratusan meter
menggulung sejumlah jagat Mentawai.
Ratusan raga tercabut mesra,
ratusan pula asa menghilang.
tanpa tau berbuat apa-apa
pengirim bala bantuan dari negeri antah berantah ,
tak bisa datang lekas.
karena sang raja sibuk berduka
berpesta pora larut bersama tetamunya
impian hanya tinggal harapan.
pada negeri yang tak ter-petakan
seonggok nasi dikirim
tak secepat yang diharapkan.

Di pusat kaputrenan,
sejumlah kejadian tinggal termangu.
Ada pencabutan peringatan tsunami yang terlalu dini.
Ada pula menteri yang sibuk mengklaim
tak ada kesulitan komunikasi di Mentawai.

Mari kita tengok Mentawai
Doakan saudara kita,
bantu mereka dengan berbagai cara
dengan iklas dan penuh doa.,
agar sirna tangis mereka
mengingat negeri yang lama terlupa
oleh manusia dan raja-raja
supaya tenang di alam baka
mayat-mayat yang meminta sedekah
hatiku nelangsa...

aku dan merapi itu

wajah memerah darah
menetes peluh bertabur haru
aku menatap haru kala engkau membawa sengkala
tak ragu ku rengkuh semua pilu
kutabur dan kusisir kata hati mu
menusuk dalam dengan rintihan tangis anak mu
diujung senja dan dimalam gulita...
getar pilu tak lagi sampai ke senja
karena diri telah lelap dalam panasnya debu menggelora
wedus gembel telah menyapa tanpa aba-aba
salam atau berita...
hanya tanda
merapi kita.
tak lagi mengertikah kita
alam yang menyapa dengan caranya.
disambut dengangelora tangis membahana
hingga lupa dimana diri berada
tak tau arah..
aku dan merapi itu....

hingga dimakan usia

jalanan panjang kuhampar penuh kerinduan
tertutup daun-daun tua berguguran bercengkerama di tepi kebisingan kota
memberi nuansa yang tertinggal pada pada akhir masa
dimakan oleh lupa dan gagu yang setia
pada sais tua
menghantar jerami untuk bekal esoknya
hanya itu doa mereka....

di penghujung perempatan kota...
secarik kertas lusuh kubaca
lamur mata tak kuasa
harapan melayang karena nahkoda lupa arah..
hingga dimakan usia
di ujung sana.

berita terlupakan

hujan membasahi tanah di bumi yang terbuang
aku terdiam duduk membisu menghitung dosa
karena lupa akan zikir dan doa
tertatih langkah terseok rupa
karena berita lupa dibawa oleh para raja yang tak berkaki..
disini kuda kuda kencana berlari menghamba
agar kusir melecut cemeti
lupa akan diri...


wisma musdalifa
01/11/2010