Tanjung Pring

jejak kaki berbatas kerikil dan debu kering
dari jalur yang terhapus hujan dan sang bayu

 terhalang oleh rindunya lindungan awan diatas lazuardi biru
masih membawa rindu pada gemericik air di ujung daun randu tinggi
siap menghadap kerasnya malam penuh nyanyian burung hantu tua
riuh bernyanyi dan tertawa mematuk ranting patah
dengan cengkeraman kuku tajam penuh kerisauan
menanti lamanya cahaya untuk lelap dalam terangnya dunia

aku sayup mendengar ode di hamparan kumpai yang hijau Mu
mereka setia dan hening
padaku slalu tersenyum dan menari
untuk melepas penatnya raga
terhibur dikau dalam bentangan alam
tanjung pring mempesona
tersembunyi di riuhnya pedati
dan lembu lembu tua
dalam memeluk senja nan indah.


Tidak ada komentar: