MEMANDANG TINGGI ATAU RENDAH?


BY RIDUAN SPD MSI

Cerita Pagi

Aku kembali menatap langit
biru bersih setenang pagi
angin membelai tirai pada kaca bening penuh harap.
menerobos cahaya yang redup di sudut kamar yang dingin
menghibur kegelisahan
hati yang terapung dalam buaian melodi hidup
nyaris meliuk merobek tiap lembaran cerita pada dinding kenangan
aku. kau dia atau mereka 
tapi bukan kita
yang bersekutu dengan waktu
mangkir dari saksi bisu dan sunyinya malam
karena melepas lelah dalam tetesnya embun
yang tak bisa meratapi tawa
karena suka dalam dentingan dawai pemikat sukma
tertutup
berbatas angkuhnya gedung demi gedung yang bergeming
berselimut surya menyapa dewi rerumputan
hijau
di pagi yang damai.

SENJA DI SUNGAI KELEKAR



Merah tanah berdebu di ranting patah
memberikan kenyamanan siburung pungguk bertengger di senja kala
menatap surya yang lelah bekerja mengitari separuh dunia
membawa selembar cerita dan sebuah dongeng para tetua
pada  kenangan selaksa peristiwa yang tercatat di ujung cakrawala

Merah tanah berdebu di ranting patah
cahaya  dan hangat mu mendekap tubuh anak negeri  yang mengigil kaku
nyanyian mereka adalah sembilu yang menyayat hati
terkikis oleh roda zaman hingga tulang ibu-ibu memutih
memisahkan antara atah dan bernasnya padi
menampi harapan hidup untuk bisa belanja esok hari

alaaaa.. bunda …. Alangkah susahnya hidup ini
tergambar pada guratan wajah mu
menyempurnakan bias sinar senja yang tak pernah berjanji
teriris perih dan  tak perduli

alaaaaa.. bunda…betapa timpangnya dunia
jeritan hati mu adalah nyanyian penikmat diri
dihibur wajah lugu anak-anak pinggir kali
 riang bergurau di tepian sungai kelekar  merayakan tibanya malam
melepas  keriuhan pada rembulan
lukisan anak-anak yang terlupakan
yang tak pernah ganti baju sekolah merah putih.
Yang tak berani berharap penuh
Yang selalu membersihkan sisa debu dan tanah merah
Dengan ilalang penghilang daki
dan sisa onggokan sampah oleh kalangan pagi tadi
disaksikan rumput yang merana
terinjak bekas telapak kaki sang penguasa ,
 Cuma bisa melambai pada sang kala
tolong kami, tolong lah kami
tak ada hati yang meratap seperti ini
tiada gurindam  yang dapat menghibur lagi
karena raja dan peri telah pergi dari negeri
bersembunyi………….
ditepian huma sunyi sebagai topeng penghias diri.

Alaaaa  bunda….engkau selalu sendiri dengan senyum tidurmu sampai pagi.
Untuk melihat anak-anak di kali mandi
Bermain lagi.
Sampai akhir hayat kah begini?

(Sungai kelekar di senja hari)
21/desember/2010

Tanjung Pring

jejak kaki berbatas kerikil dan debu kering
dari jalur yang terhapus hujan dan sang bayu

 terhalang oleh rindunya lindungan awan diatas lazuardi biru
masih membawa rindu pada gemericik air di ujung daun randu tinggi
siap menghadap kerasnya malam penuh nyanyian burung hantu tua
riuh bernyanyi dan tertawa mematuk ranting patah
dengan cengkeraman kuku tajam penuh kerisauan
menanti lamanya cahaya untuk lelap dalam terangnya dunia

aku sayup mendengar ode di hamparan kumpai yang hijau Mu
mereka setia dan hening
padaku slalu tersenyum dan menari
untuk melepas penatnya raga
terhibur dikau dalam bentangan alam
tanjung pring mempesona
tersembunyi di riuhnya pedati
dan lembu lembu tua
dalam memeluk senja nan indah.


Kekuatan Untuk Menjalani Hidup

Kekuatan Untuk Menjalani Hidup

Setiap perjalanan akan selalu memerlukan kekuatan. Sebuah mobil tidak akan berjalan jika tidak memiliki kekuatan untuk membawa beban dirinya. Begitu juga dengan manusia, agar bisa menjalani hidupnya memerlukan sebuah kekuatan.
Seberapa besarkah kekuatan yang dibutuhkan oleh manusia agar sanggup menjalani hidupnya dengan baik? Kita tidak pernah tahu, namun yang jelas adalah potensi yang sudah kita miliki plus pertolongan dan bantuan Allah, kita dijamin akan sanggup menjalani hidup dengan beban sebesar apa pun.
Allah sudah menjamin hal ini, meski kekuatan manusia memang terbatas, tetapi semua beban yang kita hadapi masih berada dibawah kemampuan manusia itu.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah: 286)

Saat Kekuatan Dirasa Kurang

Mungkin Anda pernah merasakan bahwa kekuatan yang kita miliki itu kurang. Serasa beban terlalu berat seolah kekuatan kita tidak cukup untuk menjalaninya. Jika kita yakin dengan firman Allah diatas, jelas kekurangan yang kita rasakan hanyalah prasangka saja.
Saat Anda merasa lemah, maka ingatlah ayat diatas. Yakinlah, bangunlah keyakinan pada diri Anda bahwa potensi yang Allah berikan kepada Anda sesungguhnya cukup untuk menghadapi beban yang kita pikul. Plus, kita masih bisa meminta bantuan dan pertolongan Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Keyakinan Akan Kekuatan Yang Semu

Mungkin, banyak orang yang mengatakan bahwa dia tahu dan beriman dengan ayat diatas. Dia mengatakan bahwa dia pasti sanggup menghadapi semua beban sebesar apa pun. Dia mengatakan bahwa potensi manusia itu adalah dahsyat. Dia mengatakan bahwa dia yakin dengan pertolongan Allah.
Namun betulkah? Ini yang patut kita renungkan. Betulkah kita sudah yakin atau hanya dalam mulut semata?
Mari kita periksa, apakah diri kita sudah mencerminkan pribadi yang memiliki keyakinan yang mantap akan kekuatan yang dimilikinya?
  1. Masihkah kita mengeluh atas kesulitan dan beratnya hidup? Jika Anda memang yakin dengan kekuatan yang Anda miliki, kenapa harus mengeluh? Sebuah keluhan adalah pengakuan akan beratnya beban yang dihadapi. Keluhan adalah sebuah pengakuan bahwa kita merasa lemah tidak berdaya. Jika kita merasa kuat, kenapa harus mengeluh? Jalani saja, terjang semua halangan dan rintangan. Semua itu akan diwujudkan dengan tindakan, bukan dengan kata-kata keluhan.
  2. Tidak memiliki cita-cita yang tinggi. Orang yang merasa lemah, dia tidak akan berani memiliki cita-cita yang tinggi. Hidupnya hanya untuk sekedar bisa berjalan saja, sebab apa yang ada dalam pikiran bawah sadarnya hanya sekedar bertahan. Bertahan saja susah, kenapa harus memikirkan yang besar? Sudahlah tidak usah muluk-muluk, bisa makan saja sudah cukup. Dan sebagainya. Semua itu adalah gambaran bahwa Anda merasa lemah.
  3. Melepaskan diri dari beban yang berat, seperti tugas dakwah dan jihad. Dia akan membayangkan bagaimana beratnya tugas dakwah dan jihad. Maka dia melepaskan diri dengan berbagai dalih bahwa dia tidak sanggup, dia sibuk, dan sebagainya. Kalau pun dia berdakwah, dia hanya memilih yang ringan saja, yang tidak keluar dari zona nyaman dia. Ini adalah bagian saya, katanya. Saya hanya bisa melakukan hal ini. Sementara, dia menganggap tugas-tugas berat itu adalah tugas orang lain, bukan tugas dia. Saat dia yakin bahwa dakwah dan jihad adalah sebuah kewajiban, kanapa harus memilih yang ringan-ringan saja? Dia akan mengatakan, yang sesuai dengan kesanggupannya. Terbukti bahwa dia mengakui dirinya lemah. Kesanggupannya hanya sampai disana.
  4. Tergantung atau menggantungkan diri pada kondisi. Dia takut akan perubahan yang mungkin terjadi. Bagaimana jika perubahan akan merusak bisnisnya? Bagaimana jika perubahan akan mengancam karirnya? Itu mungkin saja, perubahan akan selalu terjadi. Bisa jadi, bisnis Anda akan bangkrut akibat perubahan. Bisa jadi karir Anda tamat karena perubahan teknologi. Benar? Tidak. Bukan, bukan perubahan yang mengakibatkan bisnis hancur dan karir yang terancam, tetapi karena diri Andalah yang tidak menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Saat Anda takut, artinya Anda mengakui kelemahan diri.
  5. Tergantung pada pekerjaan saat ini. Termasuk, saat Anda merasa takut kehilangan pekerjaan saat ini. Kalau saya berhenti, bagaimana dengan makan anak istri saya? Padahal, siapa yang bisa menjamin Anda akan terus memiliki pekerjaan? Jika Anda seseorang yang yakin dengan kekuatan yang dimilikinya, maka dia yakin akan sanggup mengatasi masalah ekonomi seandainya dia kehilangan pekerjaan. Takut akan kehilangan pekerjaan, adalah sebuah pengakuan bahwa diri lemah dan kurang meyakini potensi diri dan pertolongan Allah.
Anda bisa mendebat, Anda bisa berdalih atas apa yang ditulis diatas. Namun semua itu tidak akan ada gunanya, hanya mempertegas diri bahwa Anda kurang yakin akan kekuatan diri dan kekuatan pertolongan Allah.  Akan lebih bermanfaat, jika Anda meningkatkan keyakinan diri bahwa Anda sudah memiliki kekuatan yang cukup untuk mengatasi semua beban hidup dengan pertolongan Allah.